Kisah Wanita Tangguh

oleh -567 views
Kisah Wanita Tangguh
Kisah Wanita Tangguh

*

Ini adalah salah satu bagian dari rangkaian “Kisah Wanita-wanita Tangguh” yang pernah kutulis sebelumnya. Kisah ini terinspirasi dari cerita seorang teman, yang tentu saja sebelum kutayangkan ditempat ini, sudah ada persetujuan darinya dengan nama dan tempat kejadian yang sengaja kusamarkan. Jika sebelumnya aku pernah menayangkan tiga sosok inspirasi di dalam kisah wanita-wanita tangguh, maka ini adalah sosok yang keempat dan tidak pernah kutuliskan dikisah sebelumnya.

*

Kutatap wanita berparas ayu berusia sekitar 35 tahun didepanku. Dimataku dan juga rekan-rekan kerjanya, ibu dari tiga orang anak yang saat kisah kehidupan Rumah Tangganya kutuliskan ini memang dikenal sebagai sosok seorang wanita pekerja keras.

Wanita yang akan aku ceritakan ini tempat tinggalnya saat ini bisa dikatakan masih satu kecamatan denganku, aku dan Anggrek tinggal di kota yang tepatnya berada di sebelah Utara pulau Jawa.

Jauh sebelum aku memutuskan untuk mengangkat kisah kehidupan Rumah Tangganya, aku sudah sering mendengar cerita positif tentang perjuangan hidupnya, didalam segala keterbatasannya itu ia terus berusaha untuk tetap bertahan demi anak-anaknya.

Sore ini Anggrek menemuiku di salah satu kafe, tempat yang biasa menjadi pilihan beberapa orang untuk melepaskan rasa penat dengan meminum kopi ataupun jenis minuman sehat lainnya yang tersedia di daftar menu tempat ini.

Dari tempatku berada, kulambaikan tangan ke arah Anggrek, wanita yang memiliki postur tubuh tinggi semampai itu segera bergegas mendatangiku ke arah meja nomor 09 ini.

Anggrek memang termasuk wanita yang dahulunya menikah saat usianya masih terbilang muda, ia menikah saat usianya masih belum genap 18 tahun. Terlepas dari kenapa dulu dia bisa menikah di usia muda, jujur saja aku salut pada wanita yang selama beberapa waktu ini selalu menceritakan tentang perjuangannya didalam menopang ekonomi keluarganya.

Sebelum Anggrek menceritakan sendiri tentang kehidupan Rumah Tangganya, dari beberapa rekan kerjanya aku memang sudah mengetahui, bahwa dulu dia pernah berjualan di kantin dan tinggal di sekolah, waktu ekonomi keluarga mereka belum seperti saat ini dan semua itu dia lakukan tanpa merasa malu, walau sebenarnya dia berasal dari keluarga yang ekonominya cukup mampu.

Semua yang sekiranya halal untuk dia kerjakan dan bisa mendapatkan uang akan dia lakukan, suaminya saat itu berprofesi sebagai tukang jual beli mobil, dan lebih banyak berada diluar kota. Dari pengakuannya, aku tau kalau suaminya lebih sering pulang kerumah dengan membawa amarah ketimbang membawa uang, namun ia tidak pernah mengeluh dengan perangai suaminya yang katanya diatas rata-rata para suami pada umumnya.

Roxette – Spending My Time

Setelah memesan minuman dan makanan ringan kepada salah satu pelayan kafe yang mendatangi meja kami, diantara alunan musik di dalam kafe[i], Anggrek mulai bercerita.

“Karena sudah tidak tinggal di Sekolah dan tidak ada pendapatan dari kantin sekolah, waktu itu saya memutuskan untuk melamar kerjaan ke sekolah dan alhamdulillah saya diterima menjadi tenaga honorer, walau dengan gaji yang bisa dibilang kurang untuk menopang ekonomi keluarga saat itu, tapi saya sangat bersukur bisa diterima bekerja di sekolah itu. Setelah suami sakit parah,  dan saya benar-benar menjadi tulang punggung keluarga, semua saya kerjakan, yang penting halal dan bisa mendapatkan uang.”

Sambil menarik nafas yang entah kenapa jadi terasa lebih berat setelah mendengarkan kisah kehidupan Rumah Tangganya, kutawarkan cemilan yang terhidang diatas Meja kepada Anggrek yang sedang mempermainkan tissue ditangannya sambil bercerita.

Sebagai sesama wanita, aku bisa merasakan beban yang terasa begitu berat di pundaknya, aku memang sudah cukup sering mendengar kisah tentang Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang dialaminya dari rekan-rekan kerjanya.

Sore itu, diantara pengunjung kafe lainnya yang kebanyakan adalah para pekerja kantoran yang memang sengaja memanfaatkan waktu luangnya ditempat ini untuk sekedar minum kopi atau berdiskusi dengan rekan-rekan kerjanya, Anggrek meneruskan ceritanya sambil sesekali menyeruput es teh dan memakan cemilan ubi goreng yang kupesan tadi.

“Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, karena Abi[ii] memang sudah tidak bisa apa-apa, selain membuat makanan dan juga aneka kue yang saya titipkan di warung-warung juga sebagian ada yang saya bawa ke sekolah untuk jual disela-sela waktu saya bekerja di sekolah.

Kondisi Abi yang dalam keadaan sakit parah itu membuat saya berpikir keras, memutar otak bagaimana caranya agar bisa mendapatkan uang yang halal, jujur saja pendapatan dari berjualan aneka kue yang saya titipkan di warung-warung itu masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti buat makan, biaya sekolah anak dan lainnya waktu itu. Makanya saya sampe jualan ke pasar dan biasanya saya selalu berangkat dari rumah pada pukul 02.00 dinihari untuk menggelar dagangan dipasar dan pagi harinya setelah membuat aneka kue baru lanjut bekerja di sekolah.”

Sambil mengaduk-aduk air didalam gelas dengan sedotan, aku berpikir, memiliki istri seperti Anggrek ini seharusnya Andri, suaminya Anggrek ini bangga dengan istrinya, walau berasal dari keluarga berada namun Anggrek tidak pernah merasa malu untuk berjualan, bahkan tidak kenal lelah untuk berusaha mencukupi ekonomi keluarga, namun apa mau dikata, Dewi Fortuna sepertinya memang masih enggan untuk menyapanya, sebab dari yang aku tau, bukannya rasa sukur dan ucapan terima kasih yang Anggrek dapatkan dari Andri. Walau suaminya itu terkadang dalam keadaan lumpuh total dan hanya mampu terbaring lemah diatas Kasur, tapi Andri terkadang masih mengumpat dan mencaci maki Anggrek bahkan tak jarang sampai tega memukuli dan menjambak rambut istrinya itu jika dia sedang marah.

Tak jarang makanan yang dibuat oleh Anggrek dibuang oleh Andri dan Anggrek sendiri dilarang berjualan karena Andri ingin dia selalu ada 24 jam disisi Andri yang terbaring lemah tidak berdaya di atas tempat tidurnya.

Menghadapi kelakuan suaminya itu terkadang Anggrek hanya bisa menangis dan mengelus dada, jujur saja dia bertahan menerima perlakuan Andri yang kasar itu karena masih memikirkan nasib anak-anaknya.

Menurut pengakuan Anggrek, dirinya harus siap 24 jam untuk meladeni keperluan Andri, selain menyuapinya makan, memandikan dan membersihkan kotorannya, ketika Andri minta dipijit oleh Anggrek, dan Anggrek ketiduran sebentar saja karena kelelahan, maka pukulan dan caci makian berupa umpatan nama-nama binatang akan ia terima.

Awalnya aku tidak terlalu begitu mengetahui tentang urusan Rumah Tangga Anggrek ini sampai suatu hari, Anggrek diam-diam menemuiku di kantor,saat itu ia menangis sambil memperlihatkan badannya yang babak belur dengan kepala benjol sebesar telur burung puyuh, jujur aku kaget melihat keadaan dirinya.

Saat itu Anggrek bercerita bahwa dia dipaksa ikut naik mobil dan disepanjang jalan dia dipukuli oleh suaminya, Anggrek tidak berani melawan karena kuatir kecelakaan, sebab suaminya memukuli dirinya sambil mengemudikan mobil.

Penyakit Andri itu aneh juga, sebab menurut pengakuan Anggrek,  seperti kejadian hari ini, Ia tidak bisa apa-apa, besoknya jalan-jalan, normal bahkan bisa bawa mobil, namun keesok harinya bisa kembali terbaring lemah tak berdaya seperti umumnya orang yang menderita lumpuh total.

Bukan hanya cacian dan pukulan saja yang Anggrek terima saat suaminya saat dia sedang melampiaskan amarahnya, selain dilarang bekerja dan disuruh lepas kerudung ada beberapa kejadian yang memang aku tidak sanggup untuk menuliskannya. Namun entah terbuat dari apa hati Anggrek ini sehingga waktu itu Anggrek mau saja mengikuti kemauan suaminya yang semena-mena kepadanya.

Mendengar cerita Anggrek jujur saja aku merasa kasihan sekaligus kesal, merasa kasihan karena sebenarnya dia adalah korban KDRT namun ketika disuruh di visum dia ga mau, dengan alasan khawatir jadi ramai.

Aku memang sempat menyarankan agar dia pulang ke rumah orangtuanya biar tidak terus-terusan menjadi korban KDRT, namun dengan pertimbangan masih memikirkan nasib anak-anaknya akhirnya dia menolak saranku begitu saja.

Waktu terus berlalu dan Anak-anaknya sudah terbiasa setiap hari mendengarkan makian dan juga melihat penyiksaan yang dilakukan oleh Abi-nya kepada Umi[iii] mereka. Tak jarang Anak-anaknya juga menerima pukulan dari Andri karena mereka membela Umi-nya.

Hingga diakhir bulan kasih saying, karena sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya, akhirnya Anggrek pulang kerumah orangtuanya di kampung. Andri yang saat itu dalam keadaan sakit parah dan lumpuh itu ternyata bisa bangun selanjutnya Andri datang ke rumah orangtua Anggrek dan berteriak-teriak di halaman rumah orangtua Anggrek sampai para tetangga yang merasa terganggu datang untuk menegurnya. Namu  bukannya takut, Andre malah mengancam akan membakar rumah orangtua Anggrek kalau Anggrek menolak untuk kembali ikut dengannya, dan karena tidak enak sama tetangga dan orang tua, meski mereka melarangnya, akhirnya Anggrek kembali ikut suaminya.

Tak lama setelah kembali pulang ke rumah mereka, pukulan dan tendangan kembali mendarat ditubuh Anggrek dan saat itu sambil menangis dan membawa anaknya yang paling kecil, Anggrek menelponku, ijin mau pulang lagi ke kampung halamannya, dia sudah tidak tahan lagi dengan perlakuan suaminya yang akan membunuhnya dengan cara mencekik lehernya.

Setelah sampai dirumah kedua orangtuanya di kampung, oleh pihak keluarganya Anggrek disembunyikan di rumah neneknya, dan selanjutnya  dengan berbagai bukti, baik visum dokter dan juga kesaksian dari para tetangganya bahwa Anggrek sering dianiaya oleh suaminya, Pengadilan Agama mengabulkan permohonan Anggrek untuk bercerai dengan suaminya.

Setelah resmi bercerai, Andri memindahkan sekolah anak-anaknya dan melarang Anggrek untuk menemui anak-anaknya. Namun Anggrek tak kehabisan akal, diam-diam dia menemui anaknya di sekolah dan meminta nomor telepon gurunya. Anggrek menangis melihat kondisi anaknya yang kurus dan tidak terurus, dia selalu menguatkan anak-anaknya.

Ujian Anggrek belum berakhir, mantan mertua meneleponnya, katanya Andri sakit parah dan ingin bertemu dengan Anggrek. Mantan suaminya sudah tidak berdaya dan saat itu dengan telaten Anggrek mengurus Andri.

Entah terbuat dari apa hati Anggrek, masih mau mengurus mantan suaminya sampai meninggal dunia. Anggrek mengira dengan meninggalnya Andri masalah selesai, ternyata tidak. Semua biaya pemakaman dan tahlilan dia yang nanggung, sampai hasil penjualan mobil dan barang berharga dikuasai orang tua Andri, kecuali utang piutang milik Andre di serahkan ke Anggrek. Sampai cerita ini kutuliskan di tempat ini, Orang bank masih sering mendatangi Anggrek di kantor dan memaksanya agar dia mau melunasi  hutang-hutang mantan suaminya.


[i] Kafe adalah jenis restoran yang biasanya menyajikan kopi dan teh, selain minuman ringan seperti makanan yang dipanggang atau makanan ringan.

[ii] Dalam Bahasa Arab, Abi adalah sebutan untuk seorang bapak atau ayah.

[iii] Dalam Bahasa Arab, Ummi artinya panggilan hormat terhadap ibu. Sedangkan Ummaya yang juga panggilan sayang terhadap ibu.

Tentang Penulis: Warkasa 1919

Gambar Gravatar
Ruang Berbagi dan Informasi

4 thoughts on “Kisah Wanita Tangguh