Risma. Mama Papua, dan Perilaku Komnas HAM

oleh -77 views

 

Risma, Mama Papua, dan Perilaku Komnas HAM

Beberapa hari lalu, tidak sengaja melihat pernyataan salah satu pimpinan Komnas HAM menyangkut pernyataan Risma. Jadi kepo dan mencari tahu ada apa? Ternyata Risma marah pada jajarannya dan mengancam yang kinerjanya jelek akan dipindahkan ke Papua.

Komnas HAM langsung merespons, dan memaksa mensos untuk meminta maaf pada rakyat Papua. Cukup menarik, apa yang orang laiknya LSM berplat merah ini. Selama ini diam sejuta bahasa dalam banyak kasus, mengapa dalam kondisi seperti ini teriak kencang?

Kondisi saat ini sedang tidak cukup kondusif. Ada saja pihak yang mengail di air keruh menyangkut pandemi yang menggila lagi. Aneh dan lucu, tanpa mau tahu kondisi lapangan,  mentalitas masyarakat dan aparat, malah autopresiden salah dan mundur.

Apakah pernyataan pimpinan Komnas HAM ini juga ikutan riak itu? Sangat mungkin. Karena sudah sering mereka bersikap oposan dan tidak cukup dasar dalam bersikap.

Mama Papua untuk Risma

Jawaban yang cukup telak, ketika perwakilan publik Papua malah memberikan gelar itu. Hal yang sama pernah terjadi, kala masa-masa pilpres hendak membenturkan warga Papua yang ada di Surabaya. Risma diakui dan menjadi juru tenteram keadaan.

Sangat identik yang terjadi. menggesek-gesek Papua dengan tujuan adanya krisis kepercayaan publik pada pemerintah. Ini malah makin mempertontonkan mutu dan keberadaan Komnas HAM secara umum.

Kemaraahan Risma jelas tidak akan berarti rasial. Ia memilih Papua sebagai tempat yang jauh dan sangat suit, minim hiburan, dan  medan karya yang masih sangat berat, bukan karena sukunya. Bukti nyata, gubernur dan pejabat Papua saja sering ke Jakarta atau luar negeri, padahal mereka berasal dari sana.

Konteks kerja dan medan yang tidak mudah. Sama sekali tidak terkait dengan ras dan suku. Justru layak dipertanyakan publik Papua kepada Komnas HAM, ada apa ini? Jangan-jangan  benak mereka yang rasis namun menuding pihak lain.

Rekam jejak Komnas HAM ini memang memprihatinkan. Kinerjanya jauh dari harapan. Keadaan buruk diam saja, malah sering lompat pagar dan mengurus apa yang sejatinya bukan ranahnya secara mendasar.

Kepentingan asing sangat kental jika bicara Papua. Lihat saja bagaimana Amerika Serikat dan Australia begitu ngebet dengan kekayaan bumi Papua, dan miris ketika pejabat di sini malah ikutan menjadi calo mereka.

Susy Haryawan